Olah Sampah Terpadu Pasar Astanaanyar, Solusi Inovatif Atasi Limbah Residu dan Organik
Di tengah tantangan pengelolaan sampah yang semakin kompleks, Kota Bandung terus berinovasi dalam mencari solusi berkelanjutan.
Salah satu inisiatif terbaru terlihat di kawasan Pasar Astanaanyar melalui sebuah sistem pengolahan sampah terpadu yang telah mulai beroperasi.
Sistem ini menangani langsung sampah tanpa proses pemilahan awal dan mengubah limbah organik serta residu menjadi produk bernilai guna seperti briket dan bioetanol.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan sempat meninjau langsung proses pengolahan yang disebut sebagai teknologi pengolahan tanpa insinerasi berbasis daur ulang energi dan material.
Tim pengelola menjelaskan bahwa semua jenis sampah baik organik, anorganik, maupun residu pasar dan rumah tangganlangsung diproses tanpa pemilahan.
Sampah yang masuk sebagian besar berasal dari Pasar Astanaanyar dan kawasan sekitar seperti RW 4 yang berdekatan dengan lokasi.
“Kami tidak menutup kemungkinan masyarakat membuang sampah ke lahan kosong karena bingung mencari TPS yang berjalan. Sementara ini yang aktif baru RW 4,” jelas Diki, salah seorang pengelola.
Pengangkutan sampah organik dan non-organik dari warga telah rutin dilakukan dari Senin hingga Sabtu. Sampah yang dibuang ke lokasi ini mayoritas adalah residu.
Proses pengolahan sampah di lokasi ini yaitu:
1. Pencacahan
Sampah dimasukkan ke mesin pencacah (telung), menghasilkan bahan setengah halus berupa campuran plastik, serat kelapa, dan material lainnya.
2. Pemerasan
Material setengah halus kemudian diperas untuk memisahkan cairan dan padatan. Air yang terkandung diproses menjadi bioethanol, sedangkan padatannya dikeringkan.
3. Pengeringan dan Pencetakan Briket
Ampas hasil pemerasan dimasukkan ke dalam dryer panas yang bekerja tanpa jeda. Hasilnya adalah bubuk kering yang kemudian diolah menjadi briket.
“Kita tidak bisa berhenti. Mesin ini tidak boleh jeda. Jadi harus banyak makan (sampah),” ungkap Diki.
Dari proses ini, dua produk utama dihasilkan yaitu Bioetanol dan Briket.
1. Bioetanol adalah Cairan hasil perasan difermentasi menjadi alkohol (bioethanol) yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif.
2. Briket dibuat dari dua jenis material: organik (daun-daunan kering, kayu) dan residu lainnya. Briket digunakan sebagai bahan bakar padat yang ramah lingkungan. Perbedaan warna briket menandakan perbedaan bahan baku yaitu warna coklat dari daun dan kayu, sedangkan warna hitam dari residu bercampur organik.
Pabrik pemrosesan lanjutan untuk bioetanol dan briket berada di Kopo, yang terletak di perbatasan Kota dan Kabupaten Bandung.
“Pabriknya di Kopo, pas perbatasan. Tapi yang penting adalah kita sama-sama punya solusi,” ujarnya.
Dengan kapasitas awal 10 ton dalam 8 jam kerja (1 sif), sistem ini menunjukkan potensi besar. Jika dioptimalkan dua sif per hari, kapasitas bisa ditingkatkan hingga 20 ton.
Tidak ada komentar